Friday 21 October 2011

Teguran-Nya


Baca tulisan om Jamil Azzaini, yang judulnya sama, jadi mengingatkanku.
Kepada semuanya.
Kepada d'BC Network.
Kepada Kalyca.
Kepada Kerjaanku menjadi peneliti juga.

Minggu, 30 November 2008. Kalyca lahir dengan selamat, tanpa kesulitan yang berarti.
Terhitung cepat walaupun kelahiran yang pertama.
Saat itu baby Kalyca tidak langsung menangis. Perlu ditepuk-tepuk dahulu (diberi selang *masuk ke mulut dia* juga). Sempet tanganku dan suami berpegangan erat, khawatir kenapa-napa. Alhamdulillah menangis dia, syukur bisa langsung menyusui saat itu.

Pertumbuhan dan perkembangan Kalyca cukup normal sampai umur setahun dari tengkurap, duduk, merangkak masih terhitung normal, mengalami keterlambatan berjalan jika dibandingkan dengan aku dan suami saat masih bayi dulu.
Aku mulai berjalan umur 9 bulan #cepet ya, sedangkan suami 1 tahun.
Kalyca berani berjalan di kasur sejak umur 12 bulan, tetapi jika di lantai masih belum berani.
Berani berjalan umur 16 mau 17 bulan.


Menginjak umur 18 bulan hampir 18 bulan, sekitar bulan Juli 2010.
Kalyca mulai suka koloh, saya sempet menulisnya disini.
Pada saat itu aku dan suami berpikir biasa saja.
Semakin kesini, semakin sulit untuk dilepaskan. Berbagai cara sudah coba kami lakukan.
Dari mengoleskan sesuatu yang pahit, seperti brotowali dan getah mahoni, mengalihkan ke mainan bola, ke mainan, sampai pernah tangannya diikat berbarengan agar tangannya tidak masuk ke mulut lagi.

Dan kesemuanya tidak berhasil. Bahkan mulai bulan Oktober Kalyca mulai tidak bisa memegang, baik benda besar maupun benda kecil, padahal dulu dia bisa memegang, benda kecil dan halus sekalipun.
Saat itu aku takut banget, takut kalau Kalyca termasuk anak autis (karena ciri-cirinya mendekati anak autis), dan berdoa agar Kalyca bukan termasuk anak yang autis, dan berharap gejala ini akan segera berakhir.

Setelah setengah tahun dalam kebingungan. Akhirnya kami memeriksakannya ke klinik tumbuh kembangnya di RS Sardjito Jogjakarta. Dan pada akhirnya bulan Maret kami tahu ada sindrom yang bernama Rett syndrome, yang dialami oleh Kalyca.

Semenjak tahu soal Rett Syndrome nya Kalyca. Banyak banget pencerahan yang Alloh berikan.
Alloh menegurku dengan memberikan hadiah terbesar kepadaku dan suami. Kalyca.
Alloh merekatkan kami berdua dengan hadirnya Kalyca.
Kemanapun aku mengadakan training, home sharing, seminar, pasti akan kami usahakan Kalyca tidak berpisah dari kami. Minimal salah satu dari kami harus menemani. Kami menjadi punya tujuan yang pasti dalam hidup.

Aku bertekad untuk memberikan yang terbaik untuk Kalyca.
Walau kadang lelah banget, berusaha menjadi ibu yang baik untuk Kalyca, berusaha mencukupkan kebutuhan baik materi maupun kebutuhan batinnya.

Terima Kasih ya Alloh sudah memberikan Kalyca.
Maafkan bunda, jika belum bisa menjadi bunda yang baik.
Bunda dan ayah sayang Kalyca.



Berani Lakukan apa yang Kami Lakukan?

Isi Form di bawah ini:



Dari mana anda mendengar tentang website ini?
Kami menjaga kerahasiaan data anda


Ingin ngobrol dengan saya? follow me di twitter @elyaafifah
Ingin berteman dengan saya: add me at

0 comments:

 

Sehari-hari Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | Make Money from Zazzle|web hosting